Artikel
Menjadi Guru yang dirindukan
Oleh
Riskawati, S.Pd
Menjadi
seorang guru adalah tugas yang sangat mulia. Profesi guru berada di posisi
terdepan dalam mendidik generasi masa depan bangsa, bagaimana kompetensi dan
karakter masyarakat di masa depan merupakan hasil dari bagaimana seorang guru
mendidik dimasa sekarang. Guru kencing berdiri murid kencing berlari, pepatah
tersebut menggambarkan bahwa bagaimana karakter seorang guru akan sangat
berpengaruh kepada karakter muridnya .
Di
balik tumpukan draft kurikulum yang terus berganti, sarana sekolah yang
mayoritas belum memadai, dan kesejahteraan yang belum merata, sosok guru
menjadi peran sentral kemajuan pendidikan di negeri ini. Tidak hanya berdiri
setiap hari di depan peserta didik memberikan pengajaran atau menyelesaikan
berbagai tuntutan administrasi yang tidak sedikit, seorang guru juga
dituntut menjadi teladan kehidupan bagi murid. Apakah kita telah menjadi guru
yang benar-benar menjalankan amanah tersebut dengan baik?
Berdasarkan
standar nasional pendidikan sosok guru dituntut memiliki kompetensi sosial,
profesional, pedagogik, dan kepribadian. Sudah banyak berbagai uraian panjang
tentang kompetensi-kompetensi tersebut, berbagai pelatihan dan kebijakan pun
diadakan untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi tersebut, namun masalah
kompetensi guru masih dianggap sebagai pekerjaan rumah sistem pendidikan
Indonesia yang tak kunjung terselesaikan.
Di
samping kompetensi-kompetensi tersebut, sebenarnya ada satu hal cukup sederhana
dan sarat makna namun sering kali terlupa oleh kita, yaitu sebagai seorang guru
apakah kita telah menjadi guru yang dirindukan oleh anak didik kita? Apakah
kehadiran kita di kelas benar-benar menjadi hal yang ditunggu, atau hadir tidak
hadirnya kita dianggap suatu hal yang biasa saja, atau bahkan ketidakhadiran
kita justru disyukuri oleh anak didik? Pernahkah kita merenungkan hal tersebut?
Sudahkah
kita menjadi sosok yang setiap hari dinanti oleh anak didik di kelas dan
menjadi sumber semangat bagi mereka dalam belajar? Atau jangan-jangan selama
ini kita sebagai guru hanya menjadi sosok yang menambah keengganan anak didik
belajar di kelas atau pertemuan dengan kita justru hal yang menyebabkan mereka
membolos dari sekolah. Sudah sejauh apakah kita introspeksi diri terkait hal ini?
Dari
berbagai kompetensi yang diwajibkan dimiliki oleh seorang guru, kenyamanan
siswa belajar dengan kita adalah salah satu hal yang juga penting kita
bangun. Guru bukanlah seorang diktator yang mengajar dengan aturan bahwa
dirinya pasti benar kemudian mengabaikan bagaimana seorang murid bisa nyaman
belajar, dan terus menjejali berbagai materi dengan cara yang monoton apalagi
tidak bermakna sehingga siswa lambat laun justru kehilangan selera
belajarnya.
Indikator
kenyamanan belajar tersebut bisa terukur dari sejauh apa respons anak didik
kepada kita. Disapa ketika bertemu, ditanya ketika hari kemarin kita tidak
masuk, ditarik untuk masuk kelasnya jika kelasnya kosong tak ada yang mengajar
dan ditawarkan untuk dibawakan buku kita ketika mau masuk kelas, bahkan sampai
memberikan kejutan dan kado ketika kita ulang tahun bisa jadi ukuran bahwa
kehadiran kita dirindu oleh anak didik.
Ketika
mendapat kesan guru yang dirindukan tentu akan berdampak positif terhadap
semangat dan motivasi mengajar serta mendidik, perasaan terharu karena sebegitu
perhatian anak didik kepada kehadiran kita akan menjadi penyemangat ketika rasa
jenuh atau capai melanda. Selain itu, respons yang baik dari anak didik juga
akan terus mendorong kita untuk selalu berusaha mengembangkan berbagai metode
pembelajaran di setiap pertemuan. Begitu juga bagi siswa, perjumpaan yang
selalu dinantikan akan membuat siswa mengikuti pelajaran kita setulus hati,
merasa enjoy dan tidak terbebani dengan rumus-rumus atau hafalan berbagai
pelajaran. Dengan begitu tidak ada lagi guru yang stres menghadapi peserta
didik yang dianggap susah diatur mengikuti pelajaran. Juga tak ada siswa yang
merasa terpaksa di ruang kelas dengan hanya kelihatan menghadirkan raganya
namun jiwanya ke mana-mana. Jika hal tersebut dapat terwujud tentu akan
meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Lalu
bagaimana kiat menjadi guru yang dirindukan tersebut? Dalam kegiatan
pembelajaran di kelas tentu kita harus semaksimal mungkin menyajikan
pembelajaran yang memang sesuai dengan gaya belajar siswa, berusaha selalu
memaksimalkan potensi yang dia miliki, selain itu biasakan juga menuliskan
catatan motivasi di hasil PR atau latihannya, memberi pujian atas sebuah
kebaikan yang ada dalam dirinya, memberikan nasihat secara santun, menghindari kalimat
menghakimi ketika ada kesalahan atau sesuatu yang kurang baik, memberikan
perhatian di secara personal seperti bertanya ketika siswa tidak masuk, bahkan
mengunjungi rumahnya jika sudah lama tidak masuk karena suatu hal.
Jika
kita telah menjadi sosok yang dirindukan anak didik, maka proses mengajar dan
mendidik pun terasa lebih harmonis lebih dari sebuah rutinitas menggugurkan
kewajiban pertemuan di kelas semata. Tidak hanya pelajaran yang disampaikan
diterima dengan penuh antusias, tapi hal-hal positif berkaitan pembentukan
karakter pun akan diteladani oleh mereka. Semoga kita semua bisa menjadi
sosok guru yang dirindukan dan membawa perubahan baik dari segi akademis maupun
karakter anak-anak-anak didik kita. Amin.
Cuit Cuit....
BalasHapusKeren..
BalasHapusCikgu...
Thank you...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya suka judulnya dan sebagai guru kehadiran saya di kelas sangat saya harapkan untuk dirindukan oleh peserta didik untuk membangun karakter dan pengetahuan mereka
BalasHapusLove it
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus